LAPORAN OPERASI TEKNIK KIMIA
DESTILASI
Disusun
oleh:
Antonius Yunian Wicaksono (112002)
Chyntya Risky Actavia Afrizal (112007)
AAKADEMI KIMIA INDUSTRI SANTO
PAULUS
SEMARANG
2014
A.
Dasar
Teori
Kolom distilasi adalah sarana melaksanakan operasi pemisahan
komponen-komponen dari campuran fasa cair, khususnya yang mempunyai perbedaan
titik didih dan tekanan uap yang cukup besar. Perbedaan tekanan uap tersebut
akan menyebabkan fasa uap yang ada dalam kesetimbangan dengan fasa cairnya
mempunyai komposisi yang perbedaannya cukup signifikan. Fasa uap mengandung
lebih banyak komponen yang memiliki tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair
lebih banyak menggandung komponen yang memiliki tekanan uap tinggi.
Kolom distilasi dapat berfungsi sebagai sarana
pemisahan karena sistem perangkat sebuah kolom distilasi memiliki
bagaian-bagian proses yang memiliki fungsi sebagai berikut:
1.
menguapkan campuran fasa cair (terjadi di reboiler)
2.
mempertemukan fasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya (terjadi di kolom
distilasi)
3.
mengondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor)
Konsep pemisahan dengan cara distilasi merupakan
sintesa pengetahuan dan
peristiwa-peristiwa:
1.
kesetimbangan fasa
2.
perpindahan massa
3.
perpindahan panas
4.
perubahan fasa akibat pemanasan (penguapan)
5.
perpindahan momentum
Konsep pemisahan secara distilasi tersebut dan
konsep konstruksi heat exchanger serta konstruksi sistem pengontak fasa
uap-cair disintesakan, menghasilkan sistem pemroses distilasi yang tersusun
menjadi integrasi bagian-bagian yang memiliki fungsi berbeda-beda.
Distilasi adalah sistem perpindahan yang
memanfaatkan perpindahan massa. Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan
dengan dua cara yang berbeda. Pertama dengan menggunakan konsep tahapan
kesetimbangan (equilibrium stage) dan kedua atas dasar proses laju difusi
(difusional forces).Distilasi dilaksanakan dengan rangakaian alat berupa
kolom/menara yang terdiri dari piring
(plate tower/tray) sehingga dengan pemanasan komponen dapat menguap,
terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan tekanan uap/titik
didihnya. Proses ini memerlukan perhitungan tahap kesetimbangan.
Batas perpindahan fase tercapai apabila kedua fasa
mencapai kesetimbangan dan perpindahan makroskopik terhenti. Pada proses
komersial yang dituntut memiliki laju produksi besar, terjadinya kesetimbangan
harus dihindari. Distilasi pada satu tahapannya memisahkan dua komponen, yang
terdapat dalam 2 fasa, sehingga derat kebebasannya 2. Ada 4 variabel yaitu tekanan,
suhu, dan konsentrasi komponen A pada fasa cair dan fasa uap (konsentrasi
komponen B sama dengan 1 dikurangi konsentrasi komponen A). Jika telah
ditetapkan temperatur, hanya ada satu variabel saja yang dapat diubah secara
bebas, sedangkan temperatur dan konsentrasi fasa uap didapatkan sebagai hasil perhitungan
sesuai sifat-sifat fisik pada tahap kesetimbangan.
Kolom distilasi adalah kolom fraksionasi kontinu
yang dilengkapi berbagai perlengkapan yang diperlukan dan mempunyai bagian
rektifikasi (enriching) dan bagian stripping.
Umpan dimasukkan di sekitar pertengahan kolom dengan laju tertentu. Tray tempat masuk umpan dinamakan feed plate.
Semua tray yang terletak di atas tray umpan adalah bagian rektifikasi
(enriching section) dan semua tray di bawahnya, termasuk feed plate sendiri,
adalah bagian stripping. Umpan mengalir ke bawah pada stripping section ini,
sampai di dasar kolom di mana permukaan ditetapkan pada ketinggian tertentu.
Cairan itu lalu mengalir dengan gaya gravitasi ke
dalam reboiler. Reboiler adalah suatu penguap (vaporizer) dengan pemansan uap
(steam) yang dapat menghasilkan komponen uap (vapor) dan mengembalikannya ke
dasar kolom. Komponen uap tersebut lalu mengalir ke atas sepanjang kolom. Pada
ujung reboiler terdapat suatu tanggul. Produk bawah dikeluarkan dari kolam zat
cair itu pada bagian ujung tanggul dan mengalir melalui pendingin. Pendinginan
ini juga memberikan pemanasan awal pada
umpan melalui pertukaran kalor dengan hasil bawah yang panas.
Uap yang mengalir naik melalui bagian rektifikasi
dikondensasi seluruhnya oleh kondensor dan kondensatnya dikumpulkan dalam
akumulator (pengumpul D), di mana permukaan zat cair dijaga pada ketinggian
tertentu. Cairan tersebut kemudian dipompa oleh pompa refluks
dari akumulator ke tray teratas.
Arus ini menjadi cairan yang mengalir ke bawah di bagian rektifikasi,
yang diperlukan untuk berinteraksi dengan yang mengalir ke atas. Tanpa refluks
tidak akan ada rektifikasi yang dapat berlangsung dan kondensasi produk atas
tidak akan lebih besar dari konsentrasi uap yang mngalir naik dari feed plate.
Kondensat yang tidak terbawa pompa refluks didinginkan dalam penukar kalor,
yang disebut product cooler dan
dikeluarkan sebagai produk atas. Karena tidak terjadi azeotrop, produk atas dan
produk bawah dapat terus dimurnikan sampai tercapai kemurnian yang diinginkan
dengan mengatur jumlah tray dan refluks ratio.
Distilasi satu tahap tidak efektif menghasilkan bottom product yang mendekati murni karena zat cair dalam
umpan tidak mengalami rektifikasi. Keterbatasan ini diatasi dengan memasukkan
umpan ke tray yang berada di bagian tengah kolom. Cairan
itu mengalir ke bawah kolom menuju reboiler dan mengalami rektifikasi dengan
uap yang mengalir naik dari
reboiler. Karena komponen volatil
yang berada di reboiler telah diambil dari cairan maka produk
bawahnya adalah komponen kurang volatil yang hampir murni dari komponen
volatil.
Faktor-faktor penting dalam merancang dan
mengoperasikan kolom distilasi adalah jumlah
tray yang diperlukan untuk
mendapatkan pemisahan yang dikehendaki, diameter kolom, kalor yang dikonsumsi
dalam pendidih, dan rincian konstruksi
tray. Sesuai dengan asas-asas umum, analisis unjuk kerja kolom distilasi
tray didasarkan pada neraca massa, neraca energi, dan kesetimbangan fasa.
B. Alat
dan Bahan
1. Alat:
a) Pendingin
balik
b) Termometer
alkohol
c) Labu
leher tiga
d) Hot
plate
e) Piknometer
2. Bahan
a) Etanol
b) Aquades
C. Prosedur
Kerja
1. Menimbang
etanol 96% dengan piknometer
2. Meng-interpolasi
kadar campuran etanol air
3. Menimbang
masing-masing kadar campuran etanol air dalam piknometer
4. Mencatat
masing-masing densiti
5. Memasukkan
data densiti ke dalam bentuk kurva
6. Membuat
larutan campuran etanol air 35%
7. Memasukkan
ke dalam labu leher tiga
8. Panaskan
campuran pada suhu 780C
9. Hitung
tiap tetes campuran hingga campuran tidak menetes lagi
D. Data
pengamatan
1. Menggunakan Refluk
Berat total (D)
|
Pikno isi
|
ρ (gr/ml)
|
% kadar
|
XD.D
|
10,2 gr
|
18,88 gr
|
0,888
|
64
|
6,528
|
10,4 gr
|
18.92 gr
|
0,892
|
62
|
6,448
|
10,1 gr
|
18,88 gr
|
0,888
|
64
|
6,464
|
10,2 gr
|
18,84 gr
|
0,884
|
67
|
6,834
|
10,2 gr
|
18,86 gr
|
0,888
|
66
|
6,732
|
10,0 gr
|
18,82 gr
|
0,882
|
69
|
6,9
|
|
|
|
|
39,906
|
XD
= = 0,6531
Bottom = 114 gram
ρ = 0,97 gr/ml
xB = 14 %
Neraca Masa dan Neraca Komponen
Neraca Massa
F = B + D + etanol yang hilang
200 = 114 gr + 61,1 + x
x = 24,9 gr
Neraca Komponen
F x xf = B . xB
+ D . xD + etanol Hilang
(200) . (0,3) = (114) .(0,14) + (61,1) +(0,6531) +etanol
hilang
60 = 15,96 + 39,904 + etanol hilang
Etanol hilang = 4,136 gram
2. Tanpa refluk
Berat total (D)
|
Pikno isi (gr)
|
ρ (gr/ml)
|
% kadar
|
XD.D
|
8,4 gr
|
18,88
|
0,888
|
64
|
5,376
|
8,0 gr
|
18,88
|
0,888
|
64
|
5,12
|
8,0 gr
|
18,86
|
0,886
|
66
|
5,28
|
8,2 gr
|
18,84
|
0,884
|
68
|
5,576
|
8,2 gr
|
18,84
|
0,884
|
68
|
5,57
|
|
|
|
|
Σ = 26,922
|
Bottom = 102 gr
Ρ = 0,969 gr/ml
xB =
19 %
Neraca Massa dan Neraca
Komponen
Neraca Massa
F = B + D + etanol yang hilang
200 = 102 + 40,8 + etanol yang hilang
Etanol hilang = 57,2 gram
Neraca
Komponen
F x xf = B . xB
+ D . xD + etanol Hilang
(200) . (0,3) = (102) .(0,19) + (40,8) (0,66) +etanol hilang
60 = 19,38 + 26,928 + etanol hilang
Etanol hilang = 13,629 gram
E. Pembahasan
Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi
komponennya dengan kemurnian yang
diinginkan melalu pemakaian atau pelepasan kalor. Campuran
yang digunakan adalah etanol dan air dimana titik didih etanol adalah 780C
sedangkan titik didih air adalah 1000C. Basis campuran etanol air
mempunyai kadar 30%
etanol.Variabel yang digunakan variabel
menggunakan refluk dan tanpa refluk,
dimana campuran air dan etanol divariasikan atas dasar refluk dan tanpa refluk sehingga dapat diketahui
perbandingan kadar etanol yang keluar.
Percobaan
pertama campuran etanol air lebih banyak yang di reflux sehingga proses
pemisahan atau pemurnian lebih bagus dan kadar etanol yang dihasilkan juga
tinggi dibandingkan proses tanpa relux . Hal ini dikarenakan ratio reflux (R)
berfungsi mendaur ulang agar cairan yang sudah naik tidak langsung keluar tapi
terrecycle sehingga kemurnian meningkat. Pada pratikum pertama menggunakan
Reflux kadarnya 69% kemudian pada praktek kedua kadarnya 68%. Jadi proses
Reflux (R) dapat mengurangi tingkat tray dan meningkatkan kemurnian.
F. Simpulan
Dari praktik di atas dapat disimpulkan
bahwa campuran etanol air yang dilakukan Reflux (R) memiliki tingkat kemurnian
lebih tinggi dibandingkan yang tanpa menggunakan Reflux (R)
G. Daftar
Pustaka
Hanley,
and Seader, Equilibrium Separation Operations in Chemical Engineering, John Wiley and Sons, 1981, Chapter 9
Mc
Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition, McGraw-Hill Book Co., New York,
1978, Chapter 19
Treybal,
R.E., Mass Transfer Operations,
McGraw-Hill, 1981 Chapter 9
Perry,
R., Green, D.W., and Maloney, J.O., Perry’s Chemical Engineers’ Handbook,
6th Edition, McGraw-Hill, Japan, 1984
McKetta,
J.J., Unit Operations Handbook, Vol.1, Marcell Dekker, 1993, Chapter 6
Semarang, 8 Oktober 2014
Pembimbing Praktikan
Ir.
Sari Purnavita, Spd. MT Antonius
Yunian
W, Chyntya Risky
No comments:
Post a Comment