RINGKASAN
Teh merupakan bahan minuman yang secara universal
dikonsumsi di banyak negara serta di berbagai lapisan masyarakat. Berdasarkan
pengolahannya, teh dibagi menjadi tiga yaitu teh hijau, teh oolong dan teh hitam.
Teh hitam diproduksi oleh lebih dari 75% negara di dunia, sedangkan teh hijau
di produksi kurang lebih di 22 % negara di dunia. Teh merupakan salah satu
tanaman yang banyak digunakan sebagai minuman tradisional oleh sebagian
masyarakat karena teh memiliki banyak manfaat bagi manusia diantaranya
berkhasiat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit, seperti penyakit kanker.
Selain sebagai obat, teh juga banyak digunakan sebagai zat aditif produk-produk
kosmetik dan makanan.
Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa dalam
teh terdapat senyawa katekin yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proses
oksidasi pada beberapa jenis pangan. Senyawa katekin ini ternyata lebih baik
jika dibandingkan dengan antioksidan sintetis yang sudah banyak digunakan. Antioksidan
yang banyak digunakan di Indonesia adalah Butil hidroksi anisol ( BHA ), Butil
hidroksi toluen (BHT) dan tert-butil hidoksi quinon (TBHQ), Semuanya adalah
antioksidan yang disintesa dari bahan kimia. Konsumsi dalam jumlah yang banyak
dan dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan efek samping pada kesehatan
manusia. Antioksidan sintetik seperti BHT ternyata meracuni binatang percobaan
dan bersifat karsinogenik (Indriati, dkk, 2002). Saat ini penggunaan
antioksidan sintetik mulai dibatasi bahkan beberapa negara maju BHT dan TBHQ
sudah mulai ditinggalkan.
Aktivitas teh hijau sebagai antioksidan dikarenakan
kandungan polifenolnya, termasuk di dalamnya flavonoid (flavonol dan katekin).
Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon,
flavonol, isoflavon, katekin, flavanol dan kalkon. Daun teh mengandung 30-40%
polifenol yang sebagiam besar dikenal sebagai katekin. Katekin adalah senyawa
dominan dari polifenol dan merupakan antioksidan yang kuat, lebih kuat dari
vitamin E, C, dan β-karoten. Didalam teh ada beberapa jenis katekin yaitu epicatechin
(EC), epicatekin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin
gallate (EGCG), gallokatekin, dan katekin. Katekin teh bersifat
antimikroba (bakteri dan virus), antioksidan, antiradiasi, memperkuat pembuluh
darah, melancarkan sekresi air seni, dan menghambat pertumbuhan sel kanker.
TINJAUAN
BIOLOGI/AGRONOMI
Tanaman teh termasuk genus Camellia
yang memiliki sekitar 82 species, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara
pada garis lintang 30° sebelah utara maupun selatan khatulistiwa. Tanaman teh
cocok dibudidayakan didaerah jenis tanah seperti lempung berpasir, latosol,
andosol, podzolik merah, lempung berat, dan tanah vulkanik muda. Di Indonesia
tanah yang paling sesuai untuk ditanami teh adalah jenis andosol. Teh
menghendaki tanah yang bersifat sedikit asam (pH 5-6). Tanah yang terlalu asam
dan terlalu basa kurang baik untuk tanaman teh.
Teh
hijau adalah jenis teh yang dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi
dan dapat tumbuh pada kisaran suhu udara 28-30oC dan untuk
pertumbuhan optimumnya pada suhu tanah berkisar 20-25oC. Suhu
haruslah berada pada kisaran normal selama 6 bulan setiap tahunnya. Tingginya
curah hujan dan kelembaban relatif juga sangat dibutuhkan dan pada kebun-kebun
teh umumnya memiliki curah hujan rata-rata sebesar 1800 mm untuk setiap
tahunnya. Tanaman teh hijau juga dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, yang
dibentuk dari berbagai batu induk dalam berbagai kondisi klimatik. Dalam perkembangannya
ke berbagai belahan dunia, teh telah menjadi bagian yang menyatu dengan tradisi
setempat. Di Beijing, Cina, para peminum teh lebih menyukai bila diaromai
dengan wangi bunga melati yang kuat dengan cara "membakar" daun teh
terlebih dahulu dengan uap panas bunga melati segar. Lain halnya dengan di
Mongolia dan Inggris, peminum teh lebih menyukai teh yang dicampur dengan susu
sewaktu sarapan pagi. Dan bagi sebagian besar orang Indonesia, teh bukanlah
minuman yang asing karena telah menjadi bagian dari budayanya.
Teh
merupakan minuman yang bermanfaat mengingat khasiat dan potensi yang terkandung
di dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan sumber zat gizi.
Mengingat biaya kesehatan yang melambung tinggi dalam krisis ekonomi yang belum
juga berangsur pulih serta harga obat-obatan yang sudah tak terjangkau lagi
oleh rakyat biasa, maka obat pun sekarang dapat disetarakan dengan barang
mewah.
KANDUNGAN ZAT
AKTIF
Secara umum teh hijau, teh hitam dan teh oolong
berasal dari jenis tanaman teh yang sama yakni Camelia sinensis, namun ada
perbedaan yang cukup berarti dalam kandungan polifenolnya karena perbedaan cara
pengolahan. Kandungan polifenol, senyawa antioksidan yang kemudian diyakini
berkhasiat bagi kesehatan, tertinggi diperoleh pada teh hijau, kemudian oolong,
lalu disusul teh hitam.
Pada teh hijau, katekin merupakan komponen utama,
sedangkan pada teh hitam dan teh oolong, catechins diubah menjadi theaflavin
dan thearubigins. Diantara senyawa-senyawa yang terkandung di dalam teh hitam,
theaflavin merupakan senyawa yang mendapatkan perhatian lebih karena fungsinya
sebagai antioksidan, antipatogen, dan antikanker.
Tabel Perbedaan Umum antara Teh
Hijau, Teh Oolong dan Teh Hitam
Teh Hijau
|
Teh Oolong
|
Teh Hitam
|
|
Fermentasi dicegah
|
Fermentasi sebagian
|
Fermentasi penuh
|
|
Konstituen natural leaf
dipertahankan |
Minyak essensial berkembang
|
Konsentrasi tinggi akan
minyak essensial |
|
Hasil akhir menunjukkan
dipabrik/daerah dimana teh itu dibuat |
Tanin tetap/tidak berubah
|
Sedikit menyerupai
natural leaf |
|
Tabel Perbedaan Teh Hijau dan Teh
Hitam dari Proses Pengolahannya
Tahap Pengolahan
|
Teh Hijau
|
Teh Hitam
|
|
Pelayuan
|
Dilakukan dengan suhu 90-100 oC
dan waktu 4-8 menit |
Dilakukan dengan suhu 27-30oC
waktu 10 jam.
|
|
Penggulungan
|
Untuk menggulung pucuk daun
|
Penggilingan untuk mencacah
pucuk daun menjadi kecil-kecil. |
|
Fermentasi
|
Tidak dilakukan proses fermentasi
|
Dilakukan fermentasi secara
oksidasi enzimatis, suhu 25-32 C waktu 40 min - 4 jam |
|
Perbedaan
teh hijau dengan teh hitam dari segi pangan fungsional :
·
Teh hijau : masih
banyak mengandung senyawa bioaktif yang baik pada tubuh sehingga sehingga cocok
untuk minuman kesehatan.
·
Teh
hitam : Teh hitam telah kehilangan senyawa bioaktif
akibat proses fermentasi sehingga lebih cocok untuk minuman kesegaran.
Kandungan
senyawa aktif dalam teh hijau (% berat kering)
Komposisi
|
Teh
hijau Teh
hitam
|
|
1.
Kafein
|
7,
43 7,56
|
|
2. (-) Epicatechin
|
1,98 1,21
|
|
3. (-) Epicatechin gallat
|
5,20 3,86
|
|
4. (-) Epigallocatechin
|
8.42 1,09
|
|
5. (-) Epigallocatechin gallat
|
20,29 4,63
|
|
6.
Flavonol
|
2,23 trace
|
|
7.
Tehanin
|
4,70 3,57
|
|
8.
Asam glutamate
|
0,50
|
|
9.
Asam aspartat
|
0,50
|
|
10.
Arginin
|
0,74
|
|
11.
Asam amino lain
|
0,74
|
|
12.
Gula
|
6,68 6,85
|
|
13.
Bahan yang dapat mengendapkan alkohol
|
12,13
|
|
14.
Kalium (potassium)
|
3,96 4,83
|
|
Teh hijau sebagai antioksidan dikarenakan kandungan
polifenolnya, termasuk di dalamnya flavonoid (flavonol dan katekin). Golongan
flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol,
isoflavon, katekin, flavanol dan kalkon (Ardiansyah, 2007). Daun teh mengandung
30-40% polifenol yang sebagiam besar dikenal sebagai katekin. Katekin adalah Katekin
adalah senyawa dominan dari polifenol teh hijau yang merupakan senyawa larut
dalam air, tidak berwarna dan memberikan rasa pahit dan senyawa dominan dari
polifenol dan merupakan antioksidan yang kuat, lebih kuat dari vitamin E, C,
dan β-karoten.
Kandungan
katekin pada masing masing bagian
bagian
|
katekin %
|
kuncup dan daun
|
1- 20
|
daun daun lain
|
11-14
|
tangkai
|
4-9
|
ranting
|
2-4
|
·
Katekin
(catechin)
Tanin katekin adalah senyawa yang tidak berwarna, dan
dapat menentukan sifat produk teh seperti rasa, warna dan aroma. Tanin pada
daun teh merupakan turunan dari asam galat. Kebanyakan turunan galat disebut
tanin karena dapat menyamak kulit (tanin berasal dari kata tanning=menyamak).
Sedangkan tanin pada daun teh, tidak bersifat menyamak kulit. Tanin katekin
pada daun teh meruapakan senyawa yang sangat kompleks, tersusun sebagai
senyawa-senyawa katekin, epikatekin galat, epigalokatekin, epigalokatekin
galat, dan galokatekin. Tanin pada daun teh adalah tanin kondensasi atau tanin katekin.
Kandungan katekin berkisar 20-30% dari seluruh berat
kering daun. Diantara keenam katekin tersebut epigalotekindan galatnya
merupakan bahan terbanyak.
Selama
proses pelayuan kandungan katekin akan berkurang 3%. Kemudian pada waktu
penggulungan daun susut lagi, dan pada oksidasi enzimatis kadar katekin susut
sekitar 20% - 23%, dan waktu pengeringan kadarnya susut lagi sebanyak 5%.
Menurut
Pearson dan Bambang dalam hasil penelitiaanya tentang analisis kandungan katekin pada produk
teh yaitu : teh hitam mengandung katekin rata-rata 7,99%. Sedangkan teh hijau
mengandung katekin rata-rata 17,68% dan teh wangi mengandung katekin rata-rata
15,13%.
Sifat kimia
|
Sifat fisika
|
·
Warna: putih
·
Melting point: 104-106 °C
·
Boiling point: 254°C
·
Tekanan uap: 1 mm Hg pada
·
75°C
·
Densitas uap: 3,8 g/m3
·
Flash point: 137 °C
·
Eksplosion limits: 1,97%
·
(batas atas)
|
·
Sensitif terhadap oksigen
·
Sensitif terhadap cahaya (dapat
·
mengalami perubahan warna apabila
·
mengalami kontak langsung dengan
·
udara terbuka)
·
Berfungsi sebagai antioksidan
·
Substansi yang dihindari: unsur
·
oksidasi, asam klorida, asam anhidrat,
·
basa dan asam nitrat.
·
Larut dalam air hangat
·
Stabil dalam kondisi agak asam atau
·
netral (pH optimum 4-8)
|
` Didalam teh ada beberapa jenis katekin yaitu epicatechin
(EC), epicatekin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin
gallate (EGCG), gallokatekin, dan
Katekin.
Katekin
teh stabil dalam air pada suhu kamar. Kadar katekin menurun sebesar 20% jika
dipanaskan pada suhu 98°C selama 20 menit. Saat dipanaskan dalam
autoclave pada suhu 120°C , terjadi epimerisasi dari (-)- EGCG menjadi
(-)-GCG dan kadar katekin menurun hingga 24%. Katekin bisa menurun hingga 50%
jika dipanaskan selama 2 jam.
Konsentrasi Komponen Katekin
ekstraksi
senyawa katekin antara daun hijau dan serbuk teh hijau lebih cepat serbuk teh
hijau akan tetapi dengan semakin bertambahnya waktu hasil ekstrak katekin
menurun karena serbuk cepat mengalami pembusukan.
komponen katekin
|
Bentuk
Sampel |
Waktu (menit)
|
||
30
|
180
|
300
|
||
Epikatekin
|
Daun
|
140
|
60
|
50
|
Serbuk
|
200
|
60
|
48
|
|
Epikatekin gallat
|
Daun
|
130
|
90
|
60
|
Serbuk
|
158
|
50
|
40
|
|
Epigallokatekin gallat
|
Daun
|
1000
|
490
|
350
|
Serbuk
|
550
|
100
|
120
|
(Pada Suhu 100°C (μg/mL)
Pengambilan
Senyawa katekin
Proses ekstraksi merupakan proses penarikan komponen
aktif menggunakan pelarut tertentu. Komponen aktif yang diambil adalah senyawa
katekin dari teh hijau menggunakan metode maserasi. Pemilihan metode maserasi
pada penelitian ini dikarenakan senyawa katekin rentan terhadap panas sehingga
tidak bagus menggunakan metode soxhlet. Hal ini didukung oleh penelitiannya
Cheong, et.al (2005) bahwa konsentrasi senyawa katekin mengalami penurunan
dibandingkan dengan metode maserasi. Pelarut yang digunakan adalah air, metanol
90% dan etanol 70%. Pelarut ini dipilih karena senyawa katekin merupakan
senyawa yang mengandung 2 cincin aromatik dengan gugus hidroksil lebih dari
satu, Robinson (2005) menyatakan suatu senyawa fenol dengan gugus hidroksil
semakin banyak memiliki tingkat kelarutan dalam air semakin besar atau bersifat
polar sehingga untuk ekstraksi dipilih pelarut-pelarut polar. Pelarut air,
metanol 90% dan etanol 70% merupakan pelarut yang memiliki sifat hampir sama
yaitu bersifat polar untuk air, sementara metanol dan etanol cenderung polar
karena mengandung gugus OH, hal ini didukung dari nilai konstanta dielektrikum
masing-masing pelarut yaitu air, metanol dan etanol. Waktu yang digunakan untuk
maserasi selama 2,5 jam sambil tiap beberapa menit dikocok-kocok untuk
mempercepat kontak antara sampel dengan pelarut.
Aktivitas Antioksidan Senyawa
Katekin dari Masing-Masing Pelarut
Air
|
58,9
|
Metanol 90 %
|
60,33
|
Etanol 70 %
|
53,77
|
Katekin
terbesar didapatkan dari proses maserasi dengan pelarut metanol 90 % karena
senyawa katekin memiliki bentuk struktur dua cincin aromatik yang mengandung
satu atau dua hidroksil dan merupakan senyawa fenol yang bersifat polar,
sehingga cenderung larut dalam pelarut polar. Akan tetapi lebih suka larut pada
pelarut organik polar, Sehingga kelarutan katekin pada pelarut metanol 90 %
lebih besar dibandingkan dengan etanol 70 %.
MANFAAT TEH TERHADAP KESEHATAN
Menurunkan
risiko penyakit kanker
Berbagai
hasil studi menunjukkan konsumsi teh berperan dalam menurunkan risiko penyakit
kanker. Teh dapat berperan sebagai agen anti kanker dengan membunuh sel tumor
atau juga bisa berperan sebagai minuman penolong yang dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh yang mungkin telah berkurang akibat terkena kanker (Das et al.,
2008). Studi epidemiologis di Jepang menunjukkan bahwa tingkat kematian akibat
kanker penduduk yang mendiami daerah produsen utama teh hijau amat sedikit.
Suatu studi lainnya di Jepang melaporkan bahwa catechin dapat membunuh
Helicobacter pylori , yaitu bakteri pemicu kanker lambung.
Suatu studi di
Iowa, Amerika Serikat yang diterbitkan dalam American Journal of Epidemiology
edisi Juli 1996 terhadap lebih dari 35.000 wanita pascamenopause melaporkan
bahwa teh memiliki khasiat melawan kanker. Hasil studi tersebut menyimpulkan
mereka yang mengkonsumsi sekurangnya 2 cangkir teh hijau sehari akan berkurang
risikonya 7 terkena kanker kandung kemih
sebanyak 40%, dan 68% pada penyakit kanker saluran pencernaan bila dibandingkan
dengan mereka yang tidak mengkonsumsi teh. Berikut ini adalah teori yang
berkembang bahwa teh memiliki kemampuan sebagai pencegah penyakit kanker :
1.
Senyawa antioksidan dalam teh mencegah terjadinya kerusakan DNA oleh radikal
bebas. 2. Polyphenol mencegah terjadinya pertumbuhan sel yang tidak terkendali
sehingga mampu memperlambat perkembangan kanker.
3.
Polyphenol tertentu mungkin menghancurkan sel-sel kanker dengan tanpa merusak
sel-sel sehat di sekitarnya.
Menurunkan
risiko terjadinya penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular
antara lain terkait dengan kadar lipida darah, tekanan darah, faktor
homestatik, oksidatif stress, dan lain-lain.
Teh hijau
menurunkan LDL (kolesterol jahat) dan menaikkan HDL (kolesterol baik) serta
menurunkan kolesterol serum total dan trigliserida total. Sebaliknya, teh hitam
(teh yang sudah diragikan) tidak berpengaruh apa-apa terhadap jumlah kolesterol
dalam darah.
Menurunkan
berat badan
Studi
terbaru yang dilakukan terhadap potensi teh adalah peranannya membantu
menurunkan berat badan seperti dilaporkan dalam American Journal of Clinical
Nutrition, 1999 . Penelitian tersebut dilakukan oleh Institute of Physiology ,
University of Fribourg , 8
Switzerland
, yang melibatkan 10 orang sebagai sampel. Para peneliti melakukan pengukuran
24 jam energi expenditure pada subjek yang diberi kafein (50 mg), ekstrak teh
hijau (50 mg kafein dan 90 mg EGCg), serta placebo. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau secara bermakna meningkatkan 4%
energi expenditure bila dibandingkan placebo. Dari penelitian tersebut, teh
hijau diketahui mempunyai potensi sebagai thermogenesis sehingga mampu
meningkatkan pembakaran kalori dan lemak yang berimplikasi terhadap penurunan
berat badan. Hasil studi ini menjanjikan potensi penggunaan ekstrak teh hijau
dalam program penurunan berat badan, di samping melakukan pembatasan konsumsi
kalori
KESIMPULAN
Teh
hijau adalah jenis teh yang dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi
atau oksidasi biologos oleh enzim enzim tertentu sehingga kandungan katekinnya
pun juga cukup besar 20-30% dari
seluruh berat kering daun. Katekin merupakan senyawa yang sangat kompleks, tersusun
sebagai senyawa-senyawa katekin, epikatekin galat, epigalokatekin,
epigalokatekin galat, dan galokatekin. Diantara semua katekin tersebut epigalotekindan galatnya merupakan bahan
terbanyak yang sangat efektif untuk mencegah
kadar kolesterol darah dan kasdiovaskular.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Setiyowati, V., 2007, Karakterisasi
dan Pengujian Aktivitas Antiokisdan Tabelt Effervescent Ekstrak Teh Hijau Pada
Lama Ekstraksi dan Jenis Bahan Pengisi yang Berbeda, Skripsi
Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya.
·
Dewi, A.S., 2004, Identifikasi Dan
Aktivitas Antiokisdan Flavonoid Dari ekstrak Etanol 70% Propolis Lebah,
skripsi Mahasiswa Juruasan Kimia FMIPA Universitas Brawijaya, Malang.
·
Anonymous,2007b, Teh Terbukti Secara
Ilmiah Sebagai Cara Terbaik Dan Alami Untuk Meraih Kesehatan, Liplet Teh
kerjasama PTPN VIII, PPTK Gambung dan ATI, http://www. pn8.co.id/
khasiat_teh. asp? mteh= Manfaat_Teh diakses pada tanggal 02 april 2012.
·
Anonymous, 2007a, Mengenal Tanaman
Teh, http://www. sosro. com/ indonesia /it_Mengenal Teh.htm diakses pada
tanggal 02 april 2012.
·
Anonymous, 2006b, Ritual Demi Katekin,
majalah Trubus, http://www.trubusonline.
com/mod.php? mod =publisher&op=viewarticle&cid=8&artid=162 diakses
pada tanggal 06 april 2012.
·
Anonymous, 2003, Minuman Teh dan
Khasiatnya untuk Kesehatan,
http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/1010/kes1.html Copyright ©
Sinar Harapan 2003 diakses pada tanggal 06 april 2012.
PENTINGNYA KATEKIN DALAM TEH HIJAU
SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI DALAM
MENCEGAH KARDIOVASKULAR
Disusun Oleh:
JEFRI
SETAWAN
110019
AKADEMI KIMIA INDUSTRI ST.PAULUS
SEMARANG
2012
No comments:
Post a Comment