Pendahuluan
Kedelai
merupakan salah satu sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia yang
mengandung berbagai macam gizi yang diperlukan oleh tubuh . Kedelai juga
mengandung isoflavon yaitu suatu senyawa fitoestrogen yang memiliki aktivitas
sebagai agen kemopreventif. Isoflavon yang terkandung dalam kedelai antara lain
genistein, daidzein, dan glycitein. Genistein merupakan isoflavon utama yang
ada di dalam tanaman kedelai yang memiliki aktivitas kemopreventif yaitu
bekerja sebagai antioksidan dan sebagai senyawa estrogenik yang dapat
menghambat proliferasi sel. Antioksidan pada kedelai berguna mengikat
radikal-radikal bebas yang dapat berpotensi menyebabkan penyakit kanker.
Aktivitas lainnya adalah sebagai senyawa estrogenik, yaitu senyawa yang mirip
dengan estrogen dan berikatan dengan estrogen reseptor sehingga dapat
menghambat proses proliferasi sel.
Studi
epidemologi telah membuktikan bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi
makanan dari kedelai, memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang
lebih rendah. Isoflavon kedelai juga terbukti, melalui penelitian in vitro dapat
menghambat enzim tirosin kinase, oleh karena itu dapat menghambat perkembangan
sel-sel kanker dan angiogenesis (Koswara Sutrisno, 2006).
Penyakit
kanker merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah jantung yang
menyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia pada urutan ke-6. Kanker terjadi
akibat adanya gangguan fungsi homeostasis atau kegagalan mekanisme pengatur
multiplikasi pada organisme multiseluler (kompas, 2003)
Kedelai memiliki kandungan
isoflavon lebih tinggi dari beberapa bahan pangan lain seperti kacang hitam,
kacang polong, dan kacang tanah. Kedelai mengandung isoflavon sebanyak 140 mg
didalam setiap 100 gramnya (Made, 2009).
Table 1. Perbandingan isoflavon di setiap 100
g bahan pangan selain kedelai.
Bahan pangan
|
Isoflavon (mg)
|
Kacang hitam
|
15,19
|
Kacang polong
|
7,26
|
Biji kapri
|
2,42
|
Kacang tanah
|
0,38
|
Kismis
|
0,18
|
Teh hijau
|
0,05
|
Jeruk
|
0,04
|
Sumber : Bhagwat, Seema atc. 2009
Agronomi
Tanaman
kedelai merupakan tanaman yang berasal dari dataran cina. Sumber genetic
(plasma nutfah) tanaman kedelai tumbuh di daerah pegunungan Cina bagian Tengah
dan Barat, serta dataran rendah sekitarnya. Pada masa jaya kedelai di Cina,
publisitas tanaman ini dikenal dengan “Cow
from China” atau sapi dari negeri Cina, karena biji kedelai digunakan
sebagai pengganti susu di Negara tersebut.
Kedelai
mulai ditanam di Indonesia pada tahun
1750 terutama di pulau jawa dan bali. Daerah sentra tanaman kedelai di
Indonesia mula-mula terpusat di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,
Lampung, NTB, dan Bali. Lambat laun penanaman kedelai meluas, hampir di seluruh
provinsi di Indonesia (Rukmana R, 2011).
Tanaman kedelai sangat cocok tumbuh di negara Indonesia. Kedelai
dapat tumbuh diketinggian maksimal 500 m di atas permukaan laut dan memerlukan
suhu udara yang tinggi (lebih dari 21ÂșC) dan curah hujan (kelembapan) yang
rendah. Selain itu, tanaman kedelai akan tumbuh dengan baik dan produksi tinggi
pada tanah yang subur dan gembur, kaya akan humus, dan memiliki pH (derajat
keasaman) antara 5,8-7,0 (M. Lies, 2003).
Klasifikasi Kedelai
Van
Steenis (1975) di dalam Darma A. P dkk (2008)
mendiskripsikan kedelai sebagai tumbuhan semak dengan tinggi 0,2 sampai 0,6
meter saat berumur 1 tahun. Batang berbentuk persegi dengan rambut coklat dan
berwarna hijau keputih-putihan yang menjauhi batang atau mengarah ke bawah.
Bakal buah berambat empat, polongan per berkas atau tandan 1 sampai 4, mengarah
ke bawah 3 atau 4 kali 0,8 hingga 1,2 cm, bertangkai pendek di atas sisa
kelopak, pipih sekali dengan beberapa sekat seperti selaput.
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonnae
Ordo :
Leguminales
Famili :
Leguminoceae
Marga : Glycine
Spesies : Glycine
max L. Merrill
Kandungan Gizi Pada kedelai
Kandungan
100 g kedelai kering
Komponen
|
Banyaknya
|
Karbohidrat kompleks
(g)
|
21
|
Karbohidrat sederhana
(g)
|
9
|
Protein (g)
|
36
|
Lemak (g)
|
19
|
Kalsium (mg)
|
276
|
Magnesium (mg)
|
280
|
Kalium (mg)
|
1,797
|
Fe (mg)
|
16
|
Zn (mg)
|
4,8
|
Sumber :
Winarsi, Hri. 2010
Manfaat kedelai
Kedelai
mengandung protein, zat besi, kalsium, vitamin A, B, B1 , B2, yang lebih banyak
dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, dan mengandung B12 yang berperan
dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan lesitin pada kedelai, yang
mengandung lemak tak jenuh linoleat, oleat dan arakhidonat yang berfungsi
sebagai lipotropikum yaitu zat yang mencegah penumpukan lemak berlebihan dalam
tubuh sedangkan kandungan serat kedelai yang sangat tinggi dapat membantu
merangsang metabolisme dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Zat
lain yang terkandung dalam kedelai adalah genistein, daidzein, dan glycitein
yang termasuk isoflavon yaitu senyawa fitoestrogen yang dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker atau tumor (Darma A. P dkk, 2008).
Menurut Darma A. P dkk (2008),
ada tiga kandungan kimia utama tumbuhan kedelai yang memiliki sifat dan fungsi
seperti estrogen di dalam tubuh, yaitu lignin (enterolakton dan enterodiol),
isoflavon (genistein, daidzein, biochanin A, dan glycitein), dan coumestan.
Dua zat utama fitoestrogen yang ditemukan pada makanan manusia adalah lignan
(enterodiol dan enterolakton) dan isoflavon (daidzein, genistein, dan
glycitein).
Perbandingan kandungan isoflavon di berbagai bahan pangan
olahan kedelai
Produk
|
Isoflavon (mg/100g)
|
Tahu
|
30
|
Miso
|
30
|
Tempe
|
50
|
Susu
kedelai
|
10
|
Tepung
kedelai (lemak penuh)
|
180
|
Tepung
kedelai (rendah lemak)
|
200
|
Konsentrat
protein kedelai
|
20-150
|
Kedelai
mentah
|
140
|
Sumber : Made, 2009
Gambar Struktur
kedelai dan isoflavon
Biji kedelai
(Sumber: Darma A. P dkk, 2008)
Struktur isoflavon dalam tumbuhan
(sumber: Arnoldi A. 2004)
Manfaat isoflavon sebagai antikanker
Kanker merupakan kelompok
penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan
kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital
yang mengontrol pembelahan sel. Sel kanker kehilangan fungsi kontrolnya
terhadap regulasi daur sel maupun fungsi homeostasis sel pada organisme
multiseluler. Dengan kegagalan tersebut, sel tidak dapat berproliferasi secara
normal. Akibatnya sel akan berploriferasi terus-menerus sehingga menimbulkan
pertumbuhan jaringan yang abnormal.
Agen penyebab kanker disebut
karsinogen. Penyebab tunggal untuk terjadinya kanker hingga saat ini belum
diketahui. Namun demikian, berdasarkan laporan berbagai penelitian, dapat
diketahui bahwa karsinogen digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu : Bahan kimia,
Virus, Radiasi, dan Agen biologik,
Isoflavon dalam kedelai
dapat menjadi salah satu zat yang termasuk antikarsinogen karena aktivitas
antioksidan melalui struktur fenolnya yang menyebabkan keseimbangan reaksi
redoks pada sel yang normal. Ketika genistein, komponen terbesar dalam
isoflavon kedelai diteliti dalam sebuah model oksidasi yang dipacu dengan
radiasi sinar ultraviolet B, ditemukan bahwa genistein menghambat beberapa
contoh kejadian oksidatif, seperti produksi hidrogen peroksida (H2O2), dan peroksidasi
lemak. Genistein menghambat oksidasi low-density lipoprotein (LDL) dalam
sebuah model oksidasi low-density lipoprotein LDL yang diinisiasi oleh
tembaga dan radikal peroksi (Darma A. P dkk, 2008).
Struktur dari tiga isoflavon
kedelai yang utama yaitu genistein, daidzein, dan glycitein dapat dilihat dalam
gambar dibawah. Dua gugus utama yang mengindikasikan efek antioksidan dalam
isoflavon kedelai adalah gugus 4’ hidroksil pada B-ring dan gugus hidroksil
pada AC-ring dimana semuanya dapat menjadi gugus pemberi elektron /
hidrogen.
Struktur daidzein,
genistein, dan glycitein
(Sumber: Darma A. P dkk, 2008)
Aksi
Penghambatan Kanker ( Cancer Inhibition )
Aksi penghambatan kanker oleh isoflavon
pada kedelai merupakan aspek kedua dari aktivitasnya sebagai agen antikanker.
Isoflavon kedelai dapat menghambat pertumbuhan banyak jenis sel kanker secara in
vitro, baik yang tergantung pada hormon maupun tidak tergantung termasuk
kanker prostat, payudara, dan usus.
Estrogen memegang peranan penting dalam
kesehatan manusia dimana aksi mitogenik dari estrogen adalah yang paling
penting dalam sistem reproduksi, tulang, hati, dan otak. Ada persamaan struktur
secara karakteristik antara estrogen dan isoflavon kedelai yaitu dengan adanya
cincin fenol yang diperlukan untuk berikatan dengan estrogen reseptor.
Isoflavon kedelai dapat menjadikan dirinya sebagai antiestrogen yaitu bersaing
dengan estrogen untuk berikatan dengan reseptor estrogen dan menghambat proses
mitogenik dari estrogen sehingga
aktivitasnya dapat menghambat kanker untuk masuk kejaringan tubuh.
Pengikatan dan aktivasi reseptor estrogen oleh genistein, daidzein, dan
glycitein menunjukkan isoflavon tersebut mampu berikatan dengan estrogen
reseptor.
Isoflavon, Kanker
Payudara dan Kanker Prostat
Isoflavon yang terdapat dalam kedelai dapat
menutupi atau memblokir efek potensial yang merugikan akibat produksi estrogen
yang berlebihan dalam tubuh. Isoflavon dapat berfungsi sebagai estrogen
selektif dalam pengobatan, menghasilkan efek menguntungkan (sebagai anti kanker
dan menghambat atherosklerosis) tetapi tidak menimbulkan resiko (meningkatkan
resiko kanker payudara dan endometrial) yang biasa dihubungkan dengan terapi
pengganti hormon yang biasa dilakukan. Isoflavon mempunyai fungsi terhadap
menopause sebagai Anti estrogenic
effect pada saat hormon estrogen berlebihan, yang dapat menurunkan resiko
kanker payudara pada pre-menopausal woman.
Untuk kanker prostat pengobatan yang
dilakukan adalah pengurangan hormon laki-laki yaitu endrogen dan menghambat
efek hormon potensial dari hormon wanita yaitu estrogen, yang juga terdapat
pada laki-laki. Kedelai yang kaya akan isoflavon mampu untuk menggunakan
sifatnya sebagai estrogen lemah untuk memblokir reseptor estrogen dalam prostat
terhadap estrogen. Jika estrogen yang kuat ini sampai menstimulasi reseptor
dalam prostat, dapat menyebabkan pembesaran prostat.
Studi
epidemologi telah membuktikan bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi
makanan dari kedelai, memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang
lebih rendah. Isoflavon kedelai juga terbukti, melalui penelitian in vitro dapat
menghambat enzim tirosin kinase, oleh karena itu dapat menghambat perkembangan
sel-sel kanker dan angiogenesis (Koswara Sutrisno, 2006).
Cara
Pengambilan Isoflavon pada Kedelai
Senyawa isoflavon pada kedelai dapat
diambil dengan cara di ekstraksi, adapun langkah-langkahnya :
1.
Biji
kedelai dibersihkan kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan lalu
dihaluskan sampai berupa serbuk.
2.
Serbuk
kedelai dimaserasi dengan methanol teknis, kemudian ekstrak yang diperoleh
disaring dan diuapkan hingga kental.
3.
Ekstrak
ini kemudian dihidrolisa dengan HCl selama 2-3 jam.
4.
Hasil hidrolisa
diekstraksi dengan n-heksana, yang kemudian diuapkan hingga kental.
Simpulan
Isoflavon dalam kedelai dapat menjadi salah satu zat yang termasuk
antikarsinogen karena aktivitas antioksidan melalui struktur fenolnya yang
menyebabkan keseimbangan reaksi redoks pada sel yang normal. Jadi
dengan mengkonsumsi berbagai produk olahan pangan kedelai yang banyak
mengandung isoflavon dapat mencegah penyakit kanker terutama Kanker Prostat.
Daftar
Pustaka
·
Arnoldi A. 2004. Functional Foods, Cardiovascular Disease,
And Diabetes. Usa: Woodhead Publishing.
·
Asih,
L. A. R. Astiti. Januari 2009. ISOLASI
DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ISOFLAVON DARI KACANG KEDELAI (Glycine max).
Jurnal Kimia 3 (1). Bukit Jimbaran: Universitas Udayana.
·
Astawan, Made. 2009. SEHAT DENGAN HIDANGAN KACANG DAN BIJI-BIJIAN.
Jakarta: Penebar Swadaya.
·
Bhagwan, Seema, dkk.
2009. USDA Database For The Contents Of
Foods In Isofavones Selected. U. S: Departement Of Agriculture.
·
Darma A. P, dkk. 2008. Mengungkap Potensi Tersembunyi Kedelai
(Glycine max) Sebagai Agen Kemopreventif Yang Potensial. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
·
Koswara,
Sutrisno. 2006. Isoflavon, Senyawa
Multi-Manfaat Dalam Kedelai. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian.
·
Rukmana
R. 2011. Kedelai, Budidaya dan Pasca
Panen. Yogyakarta: Kanisius.
·
Suprapti,
M. Lies. 2003. Pembuatan Tempe.
Yogyakarta: Kanisius.
·
Winarsi
Heri. 2010. Protein Kedelai &
Kecambah. Yokyakarta: kanisius.
MAKALAH
PENGETAHUAN BAHAN ALAM HAYATI
PEMANFAATAN BAHAN PANGAN OLAHAN KEDELAI SEBAGAI SOLUSI PENCEGAH PENYAKIT
KANKER
Disusun
oleh :
Monica
Yeni Marlina (110025)
AKADEMI
KIMIA INDUSTRI SANTO PAULUS
SEMARANG
2012
No comments:
Post a Comment