LAPORAN
RESMI PRAKTIKUM
KIMIA
TEKNOLOGI II
PENGAMBILAN
MINYAK JAHE
ANTONIUS
YUNIAN WOCAKSONO
112002
AKIN SANTO PAULUS SEMARANG
2013
Nama : Antonius Yunian
Wicaksono
Nim : 112002
Kelompok/Smtr : 1 / 3
Materi
Praktikum : Pengambilan minyak jahe
Tujuan
Praktikum : Agar mahasiswa mampu
mengambil minyak jahe dengan
Cara ekstraksi “maserasi’ dan destilasi
I.
DASAR
TEORI
Rimpang jahe memiliki ciri-ciri
diantaranya bentuk rimpang bercabang tidak beraturan, berkulit agak keras,
dagingnya berwarna kuning, berserat dan berbau harum. Jahe dapat dibudidayakan di semua negara
tropis dan subtropis dan menyukai iklim lembab
Berdasarkan ukuran bentuk dan warna kulit rimpang
jahe diklasifikasikan menjadi tiga varietas yaitu: (1) Zingiber officinale var
Roscoe yang dikenal dengan jahe gajah atau jahe badak atau jahe putih besar,
mempunyai rimpang yang besar dan ruas yang menggelembung, (2) Zingiber officinale var Rubrum, yang
dikenal dengan jahe merah atau jahe sunti, dengan kulit rimpang yang berwarna
merah, (3) Zingiber officinale var Amarum, yang dikenal dengan jahe putih kecil
atau jahe emprit, mempunyai rimpang dengan ruas yang kecil dan agak menggelembung
Jenis yang digunakan dalam penelitian yaitu varietas jahe gajah.
Rimpang jahe dipanen pada umur 8 – 10 bulan. Waktu
pemanenan tergantung pada tujuan penggunaan. Jahe yang ditujukan untuk
pembuatan kembang gula, sirup gula atau untuk pembuatan kristal jahe digunakan
jahe berumur 5 – 7 bulan. Sedangkan jahe berumur 8 – 10 bulan digunakan dalam
pembuatan jahe kering untuk bahan baku pembuatan biskuit, puding, kue, roti
jahe, sup, pikel, bumbu, ginger ale dan ginger wine serta untuk ekstraksi minyak atsiri dan
oleoresin.
Jahe
diketahui memiliki aktivitas
analgesik, antiaggregan, antialkohol, antiallergik, antimikroba, antikanker,
antidepresan, antiedemik, antiemetik, antiinflamasi, antimutagenik,
antinarkotik, antioksidan, antiserotonigenik, antipiretik, antitrombik, antitusif,
immunostimulan Dalam perdagangan, jahe
digunakan secara luas sebagai rempah-rempah dengan tiga produk utama yaitu jahe
segar, jahe kering dan jahe olahan .
II.
ALAT
DAN BAHAN
a.
ALAT
1. Baskom
2. Beaker
glass
3. Pisau
4. telenan
5. Bunsen,
tripot, selang gas
b.
BAHAN
1. Jahe
“Emprit”
2. Etanol
III.
CARA
KERJA
1. Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Potong
jahe dengan ukuran kecil-kecil.
3. Masukan
jahe yang sudah dipotong ke dalam baskom dan rendam dengan etanol hingga
tercelum bagian atasnya.
4. Tutup
dengan rapat dan diamkan selama satu minggu
5. Setelah
satu minggu saring hasil ekstraksi tersebut
6. Lakukan
destilasi hasil tersebut pada suhu 78oC sampai etanol tidak keluar
lagi pada destilat
7. Setelah
itu ambil bottom product sebagai hasil
IV.
GAMBAR
Maserasi
V.
DATA
PENGAMATAN
Pada saat melakukan ekstraksi selama
satu minggu dan berubah warna coklat, setelah itu dilakukan destilasi pada suhu
titik didih etanol yaitu 78oC tapi kenyataannya setelah lama
didestilasi etanol keluar buka pada titik didihnya tapi lebih tinggi hingga 85oC
keatas sehingga destilasipun dihentikan .
VI.
PEMBAHASAN
Pada pembuatan minyak jahe dengan cara
ekstraksi dan destilasi hasil minyaknya cukup banyak karena ada kemungkinan
etanol yang masih terkandung didalam minyak jahe tersebut. Waktu maserasi yang
digunakan sudah cukup lama jadi diperkirakan minyak jahe yang terekstrak
menjadi lebih banyak sehingga hasil maksimal. Pemisahan solute dengan solvent
juga dengan menggunakan suhu yang lebih tinggi dari titik didih solvent
(etanol) sehingga hasil sudah maksimal tapi kenyataany masih terkadung etanol
dalam minyak jahenya.
VII.
SIMPULAN
Jadi pada pratikum yang kamu lakukan mendapat minyak atsiri jahe
sebanyak 363 ml dengan warna coklat.
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
Agusta,
A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika
Indonesia. Penerbit ITB. Bandung.
Guenther,
E; Haagen and Smith. 1978. Minyak Atsiri. Jilid I. Penerbit Universitas Indonesia.
Terjemah Ketaren. Jakarta.
Semarang,
15 Desember 2013
Pembimbing Praktikan
Ir. Ronny Windu S Antonius Yunian
Wicaksono
No comments:
Post a Comment