RINGKASAN
Teh adalah minuman
yang mengandung kafein,
yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari
tanaman Camellia sinensis dengan air panas.
Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam,
teh oolong,
teh hijau,
dan teh putih.
Teh merupakan sumber alami
kafein, teofilin dan antioksidan
dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein
mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan
kenikmatan tersendiri dari teh.
Teh hitam atau teh
merah adalah daun teh yang dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu
hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan
jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan
sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi
dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah
"teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat
menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam.
Teh hitam berisi dua kelompok besar pigmen, theaflavin
(TF) dan thearubigins (TRs). TF
mengandung bis-flavan diganti 1,2-dihidroksi-3,4-benzotropolone bagian. Tidak seperti TF, TRs memiliki belum ditandai. Thearubigins adalah polifenol polimer yang terbentuk selama oksidasi enzimatik (disebut fermentasi daun teh). Thearubigins yang berwarna merah. Oleh karena itu teh (sepenuhnya teroksidasi) hitam memberikan warna kemerahan sementara teh hijau atau putih memberikan yang lebih jelas. Warna teh hitam, bagaimanapun, dipengaruhi oleh banyak faktor lain juga, seperti jumlah theaflavin, bentuk lain teroksidasi polifenol.
Telah diyakini bahwa theaflavin dan thearubigins merupakan kontributor penting dari rasa teh hitam.
mengandung bis-flavan diganti 1,2-dihidroksi-3,4-benzotropolone bagian. Tidak seperti TF, TRs memiliki belum ditandai. Thearubigins adalah polifenol polimer yang terbentuk selama oksidasi enzimatik (disebut fermentasi daun teh). Thearubigins yang berwarna merah. Oleh karena itu teh (sepenuhnya teroksidasi) hitam memberikan warna kemerahan sementara teh hijau atau putih memberikan yang lebih jelas. Warna teh hitam, bagaimanapun, dipengaruhi oleh banyak faktor lain juga, seperti jumlah theaflavin, bentuk lain teroksidasi polifenol.
Telah diyakini bahwa theaflavin dan thearubigins merupakan kontributor penting dari rasa teh hitam.
AGRONOMI
Menurut Graham HN (1984); Van Steenis CGGJ (1987) dan
Tjitrosoepomo G (1989), tanaman teh Camellia sinensis O.K.Var.assamica
(Mast) diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo
: Guttiferales
(Clusiales)
Familia : Camelliaceae
(Theaceae)
Genus : Camellia
Spesies : Camellia
sinensis
Varietas : Assamica
Teh adalah minuman
yang mengandung kafein,
yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari
tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh
yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam,
teh oolong,
teh hijau,
dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah,
rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak
mengandung daun teh disebut teh herbal.
Teh merupakan sumber alami
kafein, teofilin dan antioksidan
dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein
mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan
kenikmatan tersendiri dari teh. Teh dipercaya memiliki segudang manfaat dan
kebaikan di dalamnya bagi yang meminumnya seperti memperkuat gigi, memperkuat
daya tahan tubuh, mencegah tekanan darah tinggi, menangkal kolesterol dan
mencegah pertumbuhan kanker.
Teh dikelompokan berdasarkan
cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi
kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun
menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil
dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya
berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap
dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
Pengolahan daun teh sering
disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya penggunaan istilah
ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang
dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi
yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh
ditumbuhi jamur
yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami
fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur
bersifat karsinogenik.
JENIS – JENIS TEH
Teh
yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu
belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan
klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh
jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di
luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup
juga mulai populer.
Daun
teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik.
Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi
dihentikan dengan pemanasan
Proses
oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang
biasanya memakan waktu 2-3 hari.
Teh Hitam
Daun teh dibiarkan teroksidasi
secara enzimatik sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Terjemahan harafiah dari
aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang
adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang
Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna
hitam.. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan
metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang
berkembang sejak tahun 1932).
Teh (Camellia sinensis) adalah minuman yang sangat populer di
seluruh bagian dunia. Minuman teh yang utama adalah teh hitam, khususnya di
negara barat. Teh hitam, terbentuk melalui proses fermentasi yang menyebabkan
polifenol pada teh hijau dioksidasi dan membentuk flavonol oligomer termasuk
theaflavin, thearubigin dan oligomer lainnya. Teh hitam sendiri memiliki
kandungan senyawa theaflavin (TF) yang terdiri dari TF-1, TF2A, TF2B
dan TF3 dan thearubigin. Teh hitam diduga memiliki lebih banyak
manfaat dibandingkan teh hijau (Yu, et al., 1999).
Komponen
dari dua macam teh yang paling banyak digunakan (teh hitam dan teh hijau)
adalah sebagai berikut :
Tabel. 2.1 : Komposisi Teh hijau
No.
|
Komponen
|
% Berat
Kering
|
1.
|
Kafein
|
7,43
|
2.
|
(-)
Epicatechin
|
1,98
|
3.
|
(-)
Epicatechin gallat
|
5,20
|
4.
|
(-) Epigallocatechin
|
8,42
|
5.
|
(-)
Epigallocatechin gallat
|
20,29
|
6.
|
Flavonol
|
2,23
|
7.
|
Theanin
|
4,70
|
8.
|
Asam
glutamat
|
0,50
|
9.
|
Asam
aspartat
|
0.50
|
10.
|
Arginin
|
0,74
|
11.
|
Asam amino
lain
|
0,74
|
12.
|
Gula
|
6,68
|
13.
|
Bahan
yang dapat mengendapkan alkohol
|
12,13
|
14.
|
Kalium
(potasium)
|
3,96
|
Tabel. 2.2.
Komposisi Teh hitam
No.
|
Komponen
|
% Berat
Kering
|
1.
|
Kafein
|
7,56
|
2.
|
Theobromin
|
0,69
|
3.
|
Theofilin
|
0,25
|
4.
|
(-)
Epicatechin
|
1,21
|
5.
|
(-)
Epicatechin gallat
|
3,86
|
6.
|
(-)
Epigallocatechin
|
1,09
|
7.
|
(-)
Epigallocatechin gallat
|
4,63
|
8.
|
Glikosida
flavonol
|
Trace
|
9.
|
Bisflavanol
|
Trace
|
10.
|
Asam
Theaflavat
|
Trace
|
11.
|
Theaflavin
|
2,62
|
12.
|
Thearubigen
|
35,90
|
13.
|
Asam
gallat
|
1,15
|
14.
|
Asam
klorogenat
|
0,21
|
15.
|
Gula
|
6,85
|
16.
|
Pektin
|
0,16
|
17.
|
Polisakarida
|
4,17
|
18.
|
Asam oksalat
|
1,50
|
19.
|
Asam malonat
|
0,02
|
20.
|
Asam suksinat
|
0,09
|
21.
|
Asam malat
|
0,31
|
22.
|
Asam akonitat
|
0,01
|
23.
|
Asam sitrat
|
0,84
|
24.
|
Lipid
|
4,79
|
25.
|
Kalium
(potassium)
|
4,83
|
26.
|
Mineral lain
|
4,70
|
27.
|
Peptida
|
5,99
|
28.
|
Theanin
|
3,57
|
29.
|
Asam amino
lain
|
3,03
|
30.
|
Aroma
|
0,01
|
Sumber : Graham HN (1984) dalam Tuminah S
(2004)
PENGOLAHAN TEH HITAM
Berikut ini merupakan tahap-tahap dan pengolahan teh
menggunakan sistem CTC (Crushing Tearing and Curling) :
1. Penyiapan bahan baku, yaitu bahan baku yang
berupa pucuk halus dari hasil pemetikan medium murni, karena pucuk yang halus
sangat membantu kelancaran proses penggilingan. Pucuk teh halus ini minimal
harus 60% dan utuh.
2. Pelayuan. Cara pelayuan pucuk untuk
pengolahan teh CTC ini bisa mencapai 32%-35% derajat layu, dan kadar air 65%-
68%. Proses pelayuan membutuhkan waktu 4-6 jam dan masih memerlukan pelayuan
bahan kimia, sehingga pelayuan diperpanjang menjadi 12-16 jam.
3. Pengayakan pucuk layu. Pengayakan ini sangat
berguna dalam pengolahan, yaitu untuk memisahkan pucuk dari berbagai kotoran,
seperti pasir krikil dan benda lainnya yang dapat menyebabkan tumpulnya
pisau/gigi pada gilingan CTC.
4. Penggilingan. Mesin giling CTC mampu
menghancurkan daun dengan sempurna, sehingga seluruh sel daunnya pecah, dengan
demikian menghasilkan oksidasi enzimatis (fermentasi) senyawa-senyawa polifenol
lebih banyak. Penghancuran daun yang merta ini, akan menunjang terjadinya
berbagai proses biokimia, antara lain adalah proses oksidasi enzimatis
polifenol, perombakan pektin oleh enzim dan perombakan klorofil oleh enzim.
5. Fermentasi. Fermentasi bubuk basah
memerlukan suhu udara rendah 25ºC dan kelembaban tinggi 90%-100%. Fermentasi
pada pengolahan CTC ini dapat memakai fermenting trays, dibeber dilantai atau
continous fermenting mechine (CFM). Waktu fermentasi antara 80-85 menit. Hasil
fermentasi teh CTC lebih merata, karena bubuk basah lebih kecil dan rata.
6. Pengeringan. Pengeringannya dilakukan sampai
kadar air pada bahan mencapai 3-5%.
7. Sortasi. Sortasi teh kering pada pengolahan
CTC lebih sederhana dibandingkan dengan teh hitam orthodox. Keringan teh CTC
ukurannya hampir seragam dan serta-serat yang tercampur dengan keringan hanya
sedikit. Di samping memisahkan serat dan tangkai, sor tasi kering juga dapat
memisahkan partikel-partikel teh yang ukurannya seragam.
KANDUNGAN ZAT AKTIF
(Theaflavin)
Theaflavin
(TF) dan turunannya, yang dikenal
secara kolektif sebagai theaflavin,
adalah antioksidan polifenol yang terbentuk dari flavan-3-ols seperti dalam
daun teh selama oksidasi enzimatik dari daun teh,
seperti dalam warna hitam teh.
Jenis theaflavin : Theaflavin-3-gallate,
theaflavin-3'-gallate, theaflavin-3-3'-digallate. Theaflavin adalah
jenis thearubigins, dan karena
itu kemerahan dalam warna. Senyawa analog termasuk
EGCG dalam teh hijau,
theaflavin tidak ditemukan dalam teh hijau.
Thearubigins
adalah
polifenol
polimer
yang
terbentuk selama
oksidasi
enzimatik
(disebut
fermentasi
daun
teh).
Thearubigins
yang
berwarna merah oleh karena itu
teh
hitam (sepenuhnya
teroksidasi)
memberikan
kemerahan
sementara
teh hijau
atau putih
memberikan
yang
lebih jelas.
Warna
teh
hitam bagaimanapun,
dipengaruhi
oleh banyak faktor,
seperti
jumlah
theaflavin
bentuk lain teroksidasi polifenol.
Pembentukan
Theaflavin dan Thearubigin
Selama
proses oksimatis (oksidasi enzimatis) teh hitam, sebagian besar katekin yang
merupakan polifenol yang diubah menjadi theaflavin dan thearubigin dengan
bantuan enzim polifenol oksidase dan oksigen. Dibandingkan dengan katekin,
popularitas theaflavin dan thearubigin belum begitu dikenal luas. Hal ini
dikarenakan sebagian besar publikasi tentang teh berasal dari Jepang dan China
yang notabene adalah produsen teh hijau. Secara teoritis, teh hijau tidak
mengandung theaflavin maupun thearubigin. Pada proses pengolahan teh hijau,
enzim polifenol oksidase diinaktivasi dengan bantuan panas. Sebaliknya, pada
proses pengolahan teh hitam, enzim polifenol dioksidasi untuk menghasilkan
theaflavin dan thearubigin. Proses pembentukan senyawa theaflavin dan
thearubigin dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Proses oksimatis untuk menghasilkan theaflavin dan
thearubigin
Bersama-sama dengan kafein, theaflavin memberi kesan segar dalam seduhan teh. Rasio antara theaflavin dan kafein pada kondisi tertentu dapat menghasilkan seduhan teh yang sangat segar. Namun demikian, dalam kondisi dingin kedua senyawa tersebut akan menyebabkan creaming down suatu keadaan dimana seduhan teh terlihat keruh. Meski adanya creaming down tersebut tidak sedap dipandang mata, namun hal tersebut merupakan pertanda bahwa seduhan teh tersebut mempunyai kualitas yang baik. Thearubigin yang jumlahnya jauh lebih tinggi baik dibandingkan dengan theaflavin maupun kafein keberadaannya jarang disebut-sebut sebagai penentu kualitas rasa seduhan teh. Keberadaan thearubigin lebih ditekankan pada perannya terhadap warna seduhan. Thearubigin merupakan senyawa alami dalam teh hitam yang memberikan warna merah kecoklatan. Sedangkan theaflavin sendiri memberikan warna kuning kemerahan. Komposisi theflavin, thearubigin dan kafein dalam creaming down dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Meski tidak sebanyak publikasi
katekin, theaflavin dan thearubigin juga mampu memberikan kontribusi yang cukup
signifikan terhadap efek kesehatan. theaflavin dan thearubigin juga terbukti
mampu mencegah berkembangnya sejumlah penyakit degeneratif seperti kanker,
diabetes, atherosklerosis, jantung dan penyakit papan atas lainnya. Bahkan
beberapa publikasi menyatakan bahwa theaflavin lebih potensial dibandingkan
dengan katekin. Kenyataan ini dinilai sangat beralasan mengingat secara
struktur, theaflavin merupakan kombinasi dari Epicatechin (EC) dengan
Epigallocatechin (EGC) (Producing of Theaflavin, No. 6,113,965 yang diterbitkan
pada tanggal 5 September 2000).
PENGAMBILAN THEAFLAVIN DAN THEARUBIGINS
Persiapan Fraksi Teh Hitam :
Teh hitam
(908 g), diekstraksi dengan 80% aseton (5 kali) pada suhu kamar selama dua
minggu. Ekstrak itu terkonsentrasi sampai kering pada tekanan rendah, dan
residu dilarutkan dalam air dan dipartisi dengan kloroform, etil asetat, dan n
-butanol. n-butanol.
MANFAAT TEH HITAM
Dari
sekian banyaknya kandungan kimia di dalam teh, zat aktif satu inilah yang
paling hebat. Antioksidan catechin dalam proses pembuatan teh hitam, kata Ali
Khomsan akan dirubah menjadi Theaflavin sehingga penikmat teh dapat merasakan
perbedaan kesegaran rasa dan warna yang mencolok yakni kemerahan.
Aktivitas
Theaflavin sebagai antioksidan setara bahkan lebih tinggi daripada catechins
sendiri. Menurut Ali, yang mengutip penelitian Prosenjit dan Sukta tahun 2003,
Theaflavin dikatakan mempunyai laju penangkapan radikal bebas lebih tinggi
daripada EGCG (epigallo catechin gallate), salah satu jenis Catechin.
Theaflavin bahkan dikatakan meningkatkan antioksidan alami dalam tubuh
(glutation peroksidase, katalase). Theaflavin dan thearubigin juga mampu
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap efek kesehatan. theaflavin
dan thearubigin juga terbukti mampu mencegah berkembangnya sejumlah penyakit
degeneratif seperti kanker, diabetes, atherosklerosis, jantung dan obesitas.
Dengan
demikian, antioksidan yang lebih kuat dalam teh hitam inilah yang menjadi kunci
kenapa teh hitam lebih jagoan dibanding minuman jenis lain seperti air mineral.
Sebagai informasi, antioksidan dikatakan bermanfaat dalam mencegah penyakit jantung karena
mampu menghambat oksidasi kolesterol jahat. “Bila kolesterol jahat ini
teroksidasi, maka penyumbatan pembuluh darah akan mudah terjadi.
Bahkan
teh hitam dikatakan terkait dengan pengurangan risiko obesitas sehingga membuat
berat badan menjadi ideal. Terlebih lagi, konsumsi teratur 1-2 cangkir sehari
membuat peredaran darah menjadi lancar dan mengurangi penumpukan kolesterol
dalam tubuh sampai 40 persen.
SIMPULAN
Teh hitam merupakan bahan
herbal yang banyak mengandung antioksidan yang bermanfat untuk mengatasi
penyakit degeneratif. Kandungan theaflavin dan thearubigins dari oksidasi
katekin inilah yang berperan aktif dalam mencegah gangguan penyakit jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Journal. Agriculture. Food Chemistry. 2004, Analysis of Theaflavins and
Thearubigins from Black Tea.
Jurnal pengolahan teh hitam PT. Perkebunan Nusantara.2009
http://www.rumahteh.com
http://www.sosro.com/sejarah-teh-dunia.php
Jurnal teh hitam.2011efektifitas teh hitam (Camelia sinensis) sebagai terapi herbal obesitas melalui
penghambatan adiposa
PERAN THEAFLAVIN DAN THEARUBIGINS
DARI TEH HITAM DALAM MENCEGAH PENYAKIT JANTUNG
DISUSUN
OLEH :
RIESKY
SETYAWAN ( 110029 )
AKADEMI KIMIA INDUSTRI SANTO PAULUS
SEMARANG
2012
No comments:
Post a Comment